Minggu, 29 Januari 2017

Bunda Maria

Bunda Maria bagi orang Katolik

Hasil gambar untuk Bunda Maria
Melalui dan dalam Maria kita memperoleh keselamatan dari Allah dalam diri Yesus Kristus Putera Allah, yang menjadi manusia dan dilahirkan dari Perawan Maria.Peranannya dalam sejarah keselamatan begitu penting.

Allah memilih Bunda Maria untuk menjadi ibu Tuhan  karenanya, ia dipersiapkan secara khusus, sehingga sejak dari dalam kandungan ia tidak berbuat dosa. Ia tetap perawan. Oleh rahmat dan perlindungan Allah, ia terlindung dari segala noda dosa, ia hidup tanpa cela. Keterpilihannya menjadi Ibu Tuhan membuka kembali pintu surga yang telah ditutup karena dosa Hawa.Ia adalah Hawa baru, ibu dari semua yang hidup, sebagaimana Kristus adalah Adam baru. Kepasrahannya yang total kepada rencana dan kehendak Allah menjadikan dia sangat berkenan di hadapan Allah. Ia adalah makhluk yang paling sempurna dari semua ciptaan. Bunda Maria adalah model iman yang harus diteladani, iman penuh penyerahan, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” (Luk. 1:38) Maria adalah contoh dan teladan Gereja


Dasar penghormatan Gereja Katolik terhadap Bunda Maria sangat Alkitabiah. Hal itu dijumpai ketika Malaikat Gabriel yang diutus Allah, yang merupakan juru bicara Allah datang kepada Maria, dan menyampaikan kabar, bahwa ia (Maria) akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika Malaikat Gabriel bertemu dengan Maria, ia menyapa Maria dengan suatu sapaan yang begitu hormat: “Salam hai Engkau yang dikaruniai.”(Luk. 1:28) Sapaan ini adalah suatu tanda penghormatan yang istimewa dari Allah terhadap Bunda Maria.Meskipun perkataan itu keluar dari mulut Malaikat Gabriel, tetapi sesungguhnya sapaan ini adalah sapaan Allah sendiri, yang diucapkan-Nya melalui utusan-Nya.Sapaan tersebut menunjukan bahwa Allah begitu menghormati ciptaan-Nya ini. 

ketika Malaikat Tuhan berbicara kepada Musa dari dalam semak api yang menyala (Kel. 3:4-5), ketika Allah berbicara kepada Musa diatas Gunung Sinai (Kel. 24:12-18), Malaikat Allah menampakan diri kepada Manoah tentang kelahiran Simson (Hak. 13:1-25), dan sebagainya. Dalam perjanjian Baru, kita jumpai Malaikat Allah berbicara kepada Zakaria di Bait Allah tentang kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk. 1:5-24), bahkan Zakaria ketakutan ketika mendengar sapaan malaikat kepadanya. Dari sini tampaklah perbedaan antara sapaan Allah kepada tokoh-tokoh dalam Kitab suci dan kepada Maria, yaitu Allah berbicara dengan penuh hormat kepada Maria, lebih daripada yang lain. 

Maria n Elisabet

Demikian juga sapaan Elisabet terhadap Maria, ketika Maria mengunjungi Elisabet saudaranya di pegunungan Yudea (Luk. 1:39–45). Elisabet menyapa Maria: “Diberkati engkau di antara semua perempuan dan diberkati buah rahimmu.” Sebelum Elisabet mengucapkan perkataan itu, ia dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini berarti kata-kata itu keluar dari Allah sendiri, yang menggunakan mulut Elisabet untuk mengucapkannya.Jadi bukanlah Elisabet yang menyapa Maria melainkan Roh Kudus, Allah sendiri.

Maria adalah orang yang sederhana, seorang gadis desa dari Nazareth.Ia seorang yang bersahaja sebagaimana gadis Nazareth pada umumnya. Orang tidak pernah mengetahui, bahwa ia dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Putera Allah. Orang hanya mengetahui, bahwa ia adalah seorang yang saleh. Hidupnya sangat tersembunyi. Namun dalam kesederhanaannya, ia hidup tanpa noda dosa, sejak dari dalam kandungan ibunya. Ia sungguh hidup sempurna, karena Allah sendiri yang menjaga dia. Kesempurnaan Maria juga terletak dalam penyerahannya yang total terhadap kehendak Allah. “Terjadilah padaku menurut perkataanmu,” merupakan suatu jawaban yang menunjukan kesempurnaan Maria dalam menerima dan mau melakukan kehendak Allah. Ketaatannya yang sempurna terhadap kehendak Allah membuat dia sebagai Master piece dari semua ciptaan Allah. Ketaatannya dalam iman membuat ia sempurna dalam menanggapi panggilannya sebagai ibu Tuhan. 
Maria senantiasa memjawab “Ya” terhadap kehendak Allah dan berani mengambil risiko, walaupun ia sendiri tidak mengerti apa yang dikehendaki Allah. Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan Maria ketika Malaikat Gabriel datang dan memberi kabar bahwa ia mengandung dari Roh Kudus, sementara ia tidak bersuami. Bukankah oleh masyarakat Yahudi, ia dianggap pendosa besar dan harus dirajam dengan batu? Akan tetapi, dengan penuh iman ia hanya menyerah kepada kehendak Allah. Banyak peristiwa dalam Kitab Suci yang melukiskan penderitaan yang ditanggung Maria akibat keterpilihannya sebagai ibu Tuhan. Misalnya: peristiwa kelahiran Yesus dan pengejaran Raja Herodes hingga mengungsi ke Mesir, kesedihan Maria ketika Yesus pada umur 12 tahun tidak ada bersama mereka dalam perjalanan pulang ke Nazareth dari Yerusalem, karena ternyata Yesus masih berada di Bait Allah Yerusalem. Ketika bertemu Puteranya dalam penderitaan memanggul salib menuju Kalvari, hati Maria tertusuk ketika melihat anak satu-satunya yang sangat dikasihinya bergantung tak berdaya di Kayu Salib; inilah perderitaan Maria yang terbesar. Maka genaplah apa yang dikatakan Simeon kepadanya tetang anak yang dilahirkannya, bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya sendiri. (bdk. Luk. 2:35) Di sinilah keagungan dan kesempurnaan Maria yaitu mengutamakan kehendak Allah, walupun harus menempuh jalan penderitaan. 
Sejak penyerahan Maria kepada Gereja oleh Kristus di bawah salib-Nya, Maria mempersatukan dirinya dengan Kristus sebagai Kepala Gereja.Ia menjadi orang yang paling dekat dengan Kristus.Ia menjadi Pengantin Kristus (Sponsa Kristi), mempelai Gereja. Karena peranannya sebagai mempelai Ilahi, ia berada di antara Kristus dan Gereja. Ia bersatu dengan Kristus sekaligus bersatu dengan Gereja. Karena kedekatannya dengan Kristus dan Gereja, maka banyak devosi dan doa yang dipanjatkan kepada Allah melalui Bunda Maria terkabul, karena ia sangat berkenan di hadapan Allah. 
penampakan Fatima

Karena peranannya sebagai ibu Gereja (Mater Ecclesia) dan karena kedekatannya dengan Allah, Maria sering dijadikan Allah sebagai jurubicara-Nya, untuk tugas-tugas tertentu dalam Gereja, melalui penampakannya kepada Gereja. Kalau Bunda Maria menampakan diri, berarti Allah sendiri yang berbicara kepada manusia melalui Bunda Maria, karena ia begitu dekat dengan Gereja. Tentu saja kalau penampakan itu otentik, seperti Lourdes, Fatima, Medugorje, dan lain-lain, yang telah diakui oleh Gereja.Penampakan yang otentik selalu membawa buah-buah yang positif bagi Gereja dan tidak dapat dihalangi oleh manusia. Buah-buah itu antara lain berupa pertobatan, kesembuhan, sukacita, dan kegembiraan bagi umat Allah. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar